Untukmu.

By 07.56




Jakarta, 17 Juni 2015


( Untuk laki - laki berkaus biru, ini balasan untukmu.)



 Manusia adalah mahkluk yang bodoh.

     Kau dan aku dianugerahi otak dengan volume 1350cc yang dapat digunakan dengan selayaknya, namun seringkali tidak dengan sepantasnya. Dalam berbagai kesempatan, kita menganggurkan anugerah Tuhan yang menakjubkan itu dan lebih memilih untuk mengandalkan intuisi abstrak yang kita sebut perasaan untuk mengambil keputusan dalam hidup. Terutama keputusan yang berkaitan dengan hubungan dengan sesama manusia yang sama sama bodoh. Logika hasil nalar manusia seakan mati dan tak berfungsi untuk mengukur bagaimana jalannya sebuah hubungan.

        Dalam merangkai suatu jalinan dengan manusia lain, kita layaknya boneka - boneka kayu yang dimainkan oleh perasaan, ditarik kesana kemari untuk mementaskan suatu sandiwara yang sulit ditebak alur ceritanya. Bertemu dengan segelintir manusia - manusia lain yang ikut terlibat dalam sandiwaranya, entah itu sebagai lawan bermain kita atau hanya figuran sambil lalu yang datang dengan berbagai sifat, dari yang jahat hingga yang baik. Merekalah yang ujungnya akan membuat kita merasakan banyak hal, memunculkan rangkaian emosi yang tumpah ruah memenuhi relung hati kita.

       Seiring dengan berjalannya waktu, kita akan menyadari bahwa terdapat seribu posibilitas yang dapat terjadi dalam sandiwara ini. Saking banyaknya, kita akan mendapatkan diri kita bertanya - tanya, apakah kita akan bahagia saat sandiwara ini mencapai ujungnya? Atau sebaliknya, kita terpaksa melihat tirai digulung dengan hati yang remuk. Kemungkinan - kemungkinan, yang tidak bisa kita tebak sejitu apapun intuisi kita. Hendaknya kita selalu mempersiapkan diri untuk menyambut berbagai hal yang dapat terjadi, seburuk apapun peristiwanya.

        Kuharap kau akan ingat, bahwa sesungguhnya musuh terbesar kita bukanlah orang yang kita benci, melainkan orang yang sangat kita sayangi. Gunakan logikamu, kawan. Jangan biarkan dirimu hanyut terbawa gelombang perasaan yang tak pernah surut. Tidak semua orang yang kau sayangi akan memberimu kebahagiaan di akhir sandiwaramu. Oleh karena itu, biarkan neuron- neuron yang tinggal di dalam batok kepalamu itu berlari terlebih dahulu sebelum kau memutuskan untuk menjatuhkan apa yang ada di dalam rongga dadamu. Aku tahu jelas, meskipun dalam keseharianmu kau banyak melakukan tindakan bodoh, kau tetap tidak cukup bodoh untuk menyayangi orang yang salah untuk kedua kalinya.

        Akhir kata, jalanilah sandiwaramu dengan baik, kawan. Sandiwaramu baru saja memasuki babak baru, babak dimana engkau akan berkembang dan mencapai puncak kehidupanmu. Jangan pernah khawatir akan ketidakhadiran gadis yang kau impikan, karena kuyakin di penghujung hari, sang gadis akhirnya akan menemukan rumahnya dalam pelukanmu seperti kau menemukan rumah dalam pelukannya. Semoga saat tirai pementasanmu ditutup, bukan derai air mata yang kutemukan di wajahmu, melainkan sunggingan senyum yang indah.

You Might Also Like

0 komentar