jatuh.

By 23.47


(Kalau sudah tahu tidak punya sayap, kenapa masih mau diterbangkan harap?)

Kau katupkan bibirmu sekali lagi,
Mengisi ulang cadangan perkataan untuk dimuntahkan.
Kubuka telingaku lebar - lebar, seakan siap menagih
Susunan konsonan yang mayoritas adalah ingkaran.

Jelita? Kau anggap dirimu cantik jelita?
Congor sapi saja lebih enak dipandang daripada wajahmu! 
Dengan tawa kau membalutkan derai pada derita
Hanya bercanda katamu, tapi kutahu senyum di wajah itu semu

Dasar pemalas, mau diapakan otak itu?
Jadi gabus di dalam batok kepalamu yang kosong?
Setiap suku kata menghujamku, lebih keras dari batu
Kuharap dibalik kalimat itu ada pelukan yang menyongsong

Tak kusangka sangka ungkapan sayang dan candamu sangat indah
Kau rangkai tiap kosa kata dengan cinta, lalu kau lapisi dengan bisa
Dengan manis siap menerbangkanku ke antah berantah
Kuserap habis tiap suku kata hingga tak bersisa

Anehnya, aku tak kunjung lelah untuk terus meraih
Bilah pisaumu menjelma jadi kata, ujung batang rokokmu jadi cibiran
Sudah lelah hampa, kuingin merasa walau hanya pedih perih
Setidaknya kalau aku harus mati pun aku mati dirundung perasaan

Kutahu nantinya aku akan terhempas juga ke tanah
Didorong harap aku terbang walau tahu tak punya sayap
Untuk sekarang kubiarkan luka yang kau ciptakan busuk bernanah
Sebagai bukti cintamu, yang hadir dalam sepi yang merayap


(Jakarta, 1 Maret 2015. 14:46)





You Might Also Like

0 komentar